Tiga puluh sembilan tahun sudah badan ini menopang kepala sesosok anak manusia yang berjenis kelamin laki-laki berasal dari keluarga sederhana di kampung yang subur dan indah. Jikalau seorang manusia mulai diberikan kesadaran untuk mengingat masa lalu mulai dari umur 4 tahun, maka 35 tahun sudah romantika dan dinamika kehidupan ini masuk ke memoriku. Berbagai tahapan kehidupan sudah kujalani, berbagai daerah telah kujelajahi, berbagai suku dan adat istiadat telah kugauli. Kalau saja memoriku ini, buatan Intel Pentium sekalipun misalnya Pentium 22 berkekuatan puluhan giga, maka kurun waktu 35 tahun dengan dinamika kehidupan yang begitu tinggi tidak akan cukup untuk menampungnya. Karena memoriku buatan satu-satunya penguasa alam semesta raya ini, maka sampai saat ini masih layak pakai dan tidak akan pernah penuh kecuali ada yang menghendaki-Nya.
Dua puluh tiga tahun sudah aku meninggalkan kampung halaman, yakni sejak umur 16 tahun. Banyak daerah telah kejelajahi, berbagai adat istiadat kutemui, dan berbagai karakter orang kuhadapi. Namun dimanapun aku memijak bumi dan tinggal agak lama di situ, maka yang selalu aku temui adalah hal unik dari karakter seseorang yaitu kepribadian seseorang yang cenderung apatis dan bahkan cenderung munafik selalu saja ada. Walaupun pengertian apatis dan munafik hanya sebatas deskripsiku, aku yakin siapapun yang bertemu tipe kepribadian seperti ini, maka tidak akan menyukainya. Orang apatis yang menurut pemahaman sederhanaku adalah orang yang selalu menyalahkan orang lain walaupun belum tentu dia bisa, orang yang merasa benar sendiri yang belum tentu dia benar menurut pandangan umum dan norma kehidupan. Sedangkan orang munafik adalah orang yang banyak bicara namun sedikit saja pembicaraannya yang benar, orang yang selalu membanggakan diri bahwa dia "sesuatu" namun bertolak belakang dengan prilaku dia sehari-hari, orang yang merasa sholeh namun tidak bisa menjaga prilakunya sebagai orang sholeh. Namun karakter yang sama APATIS VS MUNAFIK adalah selalu ingin menang sendiri. Menjengkelkannya orang-orang apatis dan munafik mereka tidak menyadari bahwa dirinya seperti itu, atau mungkin juga pura-pura tidak menyadari demi menjaga gengsi. Penyakit apatis dan munafik jika sudah memasuki stadium berbahaya adalah timbul sombong karena merasa tidak ada yang berani menegur dan mengingatkan. Dia tidak menyadari bahwa orang mencibirnya di belakang dirinya.
Allah SWT tidak menyukai orang yang sombong sebagaimana Firmannya :
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung (QS 17:37)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh[294], dan teman sejawat, ibnu
sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS 4:36)
Suka tidak suka, mau tidak mau tentu hal-hal tidak menyenangkan akan selalu kita temui selama kita masih hidup. Tinggal bagaimana kita menyikapinya bila bertemu bahkan harus berurusan dengan tipe orang apatis dan munafik.
Palembang, Maret 2013
coretan gundah
No comments:
Post a Comment
Bagaimana menurut Anda ?