Sepengal lirik lagu Ebiet G. Ade yang begitu populer “Mengapa di negeriku selalu terjadi bencana….”,
patut menjadi bahan renungan yang mestinya menjadi pagar prilaku manusia. Lirik
lagu ini sarat dengan makna yang dijawab sendiri oleh sang pencipta lagu “mungkin Tuhan mulai bosan dengan tingkah
kita yang selalu bangga dengan dosa-dosa”. Apa memang Tuhan bisa bosan
dengan tingkah manusia yang bangga dengan gelimang dosa ??. Tentu ini hanyalah sebuah
sindiran dari kondisi yang semakin nyata bahwa manusia bangga dengan dosa-dosa
yang diperbuatnya.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang
bercerita dengan bangga akan dosa-dosa yang pernah dia lakukan dimasa lalu.
Bangga dengan pernah terjerumus dalam kehidupan malam yang penuh kemaksiatan,
bangga telah berhasil menipu seseorang, bangga dengan pernah mendapatkan uang
atau harta kekayaan dengan jalan yang tidak baik, bahkan bangga dengan telah
berzina meniduri wanita yang diidamkannya. Tidak sedikit juga yang bangga
dengan telah menenggak minuman mahal-mahal, bangga telah mengkonsumsi Narkoba
tapi tidak ketahuan Polisi. Banyak lagi hal-hal negatif dari mulai hal sepele
sampai hal yang laur biasa dapat merugikan orang dibanggakan oleh pelakunya. Kebanggaan
tersebut kadang hanya untuk menjadi pembangding ketika seseorang menceritakan
perbuatan dosanya. “Oh…. Itu belum seberapa, aku pernah anu.. bla-bla.., tapi itu
dulu ketika masih jahiliyah. Hal yang mengherankan mestinya dia malu untuk
menceritakan aib dalam hidupnya. Hal inilah mungkin yang disitir oleh sang
maestro lagu-lagu sendu Ebiet G. Ade.
Allah SWT telah mengabarkan kepada manusia dalam
ajarannya yang agung Alquranul Karim yang diwahyukannya kepada jungjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW, bahwa setiap musibah yang dialami manusia adalah
dikarenakan perbuatannya sendiri, karena Allah SWT tidak pernah menzholimi
mahluq cipataan-Nya. Sebagaimana firman-Nya :
Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS.
Asy-syura : 30)
Bahkan dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan sifat
Arrahman dan Arrahim-Nya, karena sebagian besar dosa manusia dimaafkan-Nya. Betapa
akan hancurnya kehidupan manusia jikalau setiap perbuatan dosanya dibalas tunai
dengan berbagai musibah. Kaitannya dengan apakah Tuhan akan bosan dengan
tingkah manusia ??. Berpijak pada ayat 30 Surat Asy-Syura di atas,
mengisyaratkan bahwa perbuatan dosa yang terus-menerus tanpa beban dan tanpa
rasa takut kepada-Nya yang dilakukan manusia dapat menjadi sebab terjadinya
musibah. Dapat dibayangkan bagaimana jika penduduk sebuah kota/negara cenderung
lebih banyak yang berbuat dosa daripada yang taat kepada Allah SWT, niscaya
Allah SWT akan murka dengan menimpakan bencana yang tidak disangka-sangka oleh
siapapun sebagaimana Firmanya :
Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya),
melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya)
dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab
(Lauh Mahfuzh).(QS. Al-Isra:58)
Sebagaimana dikisahkan dalam Alquranul Karim berapa
banyak suatu kaum ditimpakan azab karena kedurhakaanya seperti kaum Nabi Nuh AS,
Nabi Luth AS, Nabi Sholeh AS dan kaum-kaum lainnya. Ketika jaman itu azab
ditimpakan hanya kepada penduduk yang membangkang / menetang ajaran Allah SWT
yang dibawa oleh para Nabi, sedangkan orang-orang beriman diselamatkan bersama
Nabiyullah. Sedangkan kondisi saat ini
bencana yang terjadi akan menimpa seluruh penduduk baik yang berbuat maksiat
ataupun yang sehari-hari terlihat alim dan shaleh. Namun inilah rahasia Allah,
tidak akan ada yang mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan seseorang selain Allah SWT. Demikianlah Allah SWT
berbuat sesuai dengan kehendak-Nya, karena Allah SWT mengetahui segala sesuatu,
sebagaimana Firman-Nya :
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang
kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya
Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS. At-Tagabun : 11).
Dalam 2 bulan ini telah terjadi musibah besar berupa
gempa bumi dan tsunami di NTT dan Palu-Sulawesi Tengah. Sayangnya kondisi
musibah ini menjadi bahan perdebatan saling menyerang diantara netizen dan juga
para politikus terkait dengan penyebabnya, kecepatan penanganan, dan lemahnya
mitigasi bencana di Negeri Rawan Bencana ini. Bahkan ada yang mengajak bahwa
bencana ini jangan dikaitkan dengan Alquran dan dosa-dosa. Ajakan inipun
dilontarkan sebagian oleh arang-orang yang memeluk agama islam. Tentu ini
sangat menyesatkan umat, sementara keterangan tentang bencana dan musibah
dijelaskan pada berbagai Surat dan ayat dalam Alquran.
Baca : CCTV Mahadahsyat
Baca : CCTV Mahadahsyat
Semestinya tidak perlu ada perdebatan yang tidak
produktif bagi umat Islam, karena segala sesuatu mutlak harus berpedoman pada
ajaran Allah SWT dalam Alquranul Karim. Karena ketika terbersit saja dalam hati
menyangsikan hukum-hukum Allah dalam Alquran dan Hadist, maka kita telah jatuh pasik
yang jelas ancaman hukumannya di dunia dan khususnya di akhirat kelak.
Kejadian bencana tidak semata-mata karena posisi Indonesia
berada pada ring fire yang
dikelilingi gunung api dan dijepit tiga lempeng besar benua. Karena itu hanya
sebuah penyebab, sedangkan yang mentakdirkan bencana apa yang akan terjadi dan
dimana terjadinya tentulah hanyalah Allah SWT sebagaimana keterangan dalam
Surat At-Tagabun ayat 11 di atas.
Sifat Allah yang Maha Pengampun segala dosa, menjadi
kesempatan umat manusia untuk segera bertaubat dan menghentikan
perbuatan-perbuatan dosa yang dapat menjadi pemicu datangnya bencana / musibah.
Karena tidak ada seorangpun yang dapat menunda, mengundurkan, dan menghindar
dari kehendak-Nya. Allah tidak pernah berbuat zalim kepada manusia, sebagaimana
Firmannya:
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia
sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka
sendiri.(QS.Yunus:44).