Syirik dalam berdoa adalah pengalihan doa selain kepada Allah SWT. Ada empat bentuk jalan kesyirikan dalam berdoa yaitu :
1. Permohonan doa kepada orang yang sudah mati atau benda-benda mati. Bentuk kesyirikan ini dibagi menjadi dua :
Pertama, permohonan dari orang yang hidup kepada orang yang telah mati agar mendoakan dirinya, baik dilakukan dari tempat yang jauh ataupun di depan kuburannnya, baik mayitnya seorang nabi, wali, ataupun yang lainnya.
Perbuatan seperti ini merupakan syirik akbar, termasuk jenis peribadatan kepada berhala, karena hatinya tergantung kepadanya, beristighatsah (memohon) kepadanya. Padahal istighatsah adalah bentuk ibadah, tidak ada tempat yang dapat mengabulkan istighatsah dan pantas dijadikan tempat ibadah secara mutlak selain kepada Allah SWT.
Contoh :
- Wahai Allah, wahai tuanku, wahai Fulan, Wahai Rabb-ku........ aku memohon..
- Wahai Rasulullah, wahai Nabi Allah, Wahai Para Nabi............penuhilah...
- Wahai Muhyiddin Syekh Abdul Qadir, wahai pelayan Asma’ul Husna........
Demikianlah contoh-contoh doa yang jelas ditunjukan kepada selain Allah.
Kedua, permohonan dari orang yang hidup kepada orang yang telah mati agar mendoakan kepada Allah bagi orang yang hidup. Jenis ini juga biasa dilakukan dari jauh maupun dari depan kuburannya.
Tidak diragukan lagi perbuatan ini merupakan syirik akbar. Sejenis dengan kesyirikan kaum Nasrani yang berdoa kepada Maryam dan Puteranya.
Contoh :
- Berdoalah kepada Allah untukku agar begini.... begitu
- Aku minta kepadamu agar Engkau Berdoa Kepada Allah....
2. Permohonan orang yang hidup kepada orang yang masih hidup
Doa jenis ini terdapat tiga macam :
Pertama, permohonan dari orang hidup kepada orang hidup yang ada didepannya berkenaan dengan sesuatu yang tidak bisa dikabulkan kecuali oleh Allah seperti Rizki, mematikan, membuat sakit, menyembuhkan penyakit, mengembalikan orang yang hilang dan sebagainya. Padahal permohonan seperti ini termasuk doa Ibadah yang hanya dapat dikabulkan oleh Allah SWT, tidak ada seorang manusiapun yang dapat melakukannya.
Perhatian :
Hanya dimungkinkan permohonan orang hidup kepada yang masih hidup di depannya yang berkenaan dengan hal yang mampu dilakukan oleh manusia dalam batas-batas menjadi penyebab umum yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada mahluk-Nya dan dimampukan oleh Allah untuk melakukannya berkat taufik dari-Nya. Misalnya seorang dokter mampu mendiagnosa penyakit, memberikan obat sesuai penyakit. Meskipun kesembuhan tetap saja ada pada Allah SWT.
Contoh lain misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, berniaga, bercocok tanam, inilah contoh sebab-sebab umum yang dapat diupayakan sedangkan hasilnya hanya Allah SWT saja yang menentukan.
Kedua, permohonan dari orang hidup kepada orang hidup yang tidak ada di hadapannya baik manusia, malaikat, dan jin, dengan mengarahkan doa kepadanya. Sama saja dengan yang pertama permohonan tersebut berupa hal yang berkaitan dengan rizki, kematian, penyakit, dsb yang hanya dapat dikabulkan oleh Allah SWT. Sekalipun tempat memohon tersebut ada atau hadir di hadir di hadapan pemohonnya, tetap tidak akan bisa mengabulkannya.
Perbuatan semacam ini merupakan bentuk pelanggaran dalam berdoa dan termasuk syirik akbar, sebagaimana jenis pelanggaran doa sebelumnya.
Ketiga, permohonan dari orang hidup kepada orang hidup yang tidak ada di hadapannya agar dia berdoa kepada Allah SWT untuk dirinya.
Jenis yang ketiga ini sering dilakukan oleh orang-orang ekstrim dari kalangan tarekat terhadap para tokohnya dan penganggungan mereka terhadap para wali. Jika perbuatan tersebut dikerjakan dengan anggapan bahwa yang diminta tersebut mengetahui perkara yang ghaib, seperti mengetahui kondisi orang yang sedang meminta dan apa yang diminta olehnya, maka nyatalah ini adalah syirik akbar. Karena dia telah menempatkan mahluk pada posisi pencipta dalam hal mengetahui perkara ghaib. Padahal Allah SWT Berfirman :
Adapun apabila sipemohon terlepas dari keyakinan bahwa orang yang diminta mengetahui perkara yang ghaib, maka perbuatan tersebut merupakan perbuatan sia-sia dan bid’ah.
Perhatian :
Memohon didoakan kepada teman atau sanak kerabat, yang sering kali merupakan bahasa pergaulan sehari-hari. Mis : “doakan saya ya agar berhasil........”. Maka jenis permohonan seperti ini dibolehkan berdasarkan hadist marfu’, atsar-atsar yang mauqup dan maqthu’. Tentang hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memiliki penjelasan yang rinci sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mu’jam Al-Manahi. Wallahu A’lam.
3. Memohon kepada Jin secara mutlak
Sudah nyata-nyata bahwa memohon kepada Jin, berlindung dan berdoa kepadanya adalah perbuatan syirik Akbar. Allah SWT Berfirman :
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin (72) 6)
Pada jaman jahiliyah orang-orang kafir / musyrik begitu takut pada Jin sehingga mereka meminta perlindungan kepada Jin. Oleh karena itu Allah SWT menurunkan ayat tersebut untuk menjelaskan bahwa permintaan perlindungan mereka kepada Jin hanya akan menambah rasa takut dan panik mereka. Karena Jin akan merasa Sombong dan Takabur jika melihat manusia meminta perlindungan kepadanya. Padahal Allah SWT telah memerintahkan agar kita berlindung kepada-Nya dari godaan dan gangguan Jin.
4. Memohon kepada benda-benda (alam) mati dan berdoa kepadanya
Diantara bentuk syirik yang paling buruk dan mengerikan adalah menjadikan benda-benda mati sebagai tuhan dan sembahan, dengan jalan berdoa, berharap, dan berlindung, dan meminta syafaat kepadanya. Baik benda-benda mati yang ada di angkasa seperti bulan, bintang, dan matahari ataupun benda-benda mati yang ada dibumi seperti pohon, batu, sungai dll. Semua itu termasuk bentuk kesyirikan yang diperangi pada jaman Nabi SAW.
No comments:
Post a Comment
Bagaimana menurut Anda ?