Pada hakekatnya setiap manusia menginginkan kehidupannya berjalan normal, sesuai dengan harapan, impian dan keinginan. Ukuran normalitas kehidupan setiap orang tentu sangat berbeda tergantung kapasitas masing-masing. Seorang petani di desa akan merasa normal hidupnya kalau punya lahan garapan yang memadai, tanamannya subur, panennya berhasil, kehidupannya tidak terganggu dan tidak kekurangan menurut ukuran dia. Lain halnya dengan seorang executive muda di kota akan merasa normal / puas kalau karirnya cemerlang, keluarganya bahagia, aset pribadi dan investasinya berlimpah serta mendapat pengakuan dari kolega dan teman-teman sejawatnya. Dua contoh sisi kehidupan tersebut belumlah dapat menggambarkan bagaimana keragaman variasi idealnya kehidupan menurut sisi masing-masing orang, belum lagi jika menyentuh sisi kehidupan spiritual.
Bagaimana jika kita merasa kehidupan kita tidak normal, tidak sesuai dengan keinginan, segala sesuatunya selalu gagal atau merasa gagal, padahal sudah dilakukan dengan perencanaan yang matang dan usaha yang maksimal........???
Adakah yang salah dalam kehidupan ini ?, masih adakah jalan untuk merubahnya ?. Jika ini yang terjadi bagaimanakah kita harus bersikap ?. Banyak lagi pertanyaan yang akan berkecamuk dalam diri kita apabila menghadapi kondisi seperti itu.
Tulisan ini kiranya dapat menjadi bahan renungan bagi kita apabila menghadapi situasi seperti di atas. Memang masih jauh dari sempurna sebagai sebuah tuntunan kehidupan karena bukan di tulis oleh psikolog ataupun ustadz yang mumpuni, ini hanyalah sharing untuk kita renungkan bersama.
Kira-kira beginilah penulis bersikap untuk menghadapi situasi rumit seperti di atas :
1. Dalam budaya orang sunda ada istilah “INGET KA PURWADAKSI-NA” atau inget ke asal muasal diri kita. Siapa kita, darimana berasal, untuk apa kita ada, apa yang telah kita lakukan.
2. Terkait dengan poin 1, maka langkah kongkritnya adalah evaluasi diri, dari mana kita berasal, dan untuk apa kita hidup, dan apa yang telah kita lakukan. Apabila telah menyadarinya maka, mulailah kaitkan dengan kewajiban kita sebagai khalifah di muka bumi yang diciptakan Allah SWT. Sejauh mana kita telah mendekat kepada sang Khalik.
3. Shalat adalah media yang paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tidak seorangpun muslim yang dibolehkan meninggalkan shalat kecuali hilang kesadaran (gila) dan perempuan haid / nifas. Tidak terkecuali orang sakit, sekalipun sakitnya sudah sangat berat tidak dapat bergerak secara fisik maupun isyarat maka diperkenankan shalat dengan hati. Shalat dapat menenangkan jiwa yang sedang gelisah, mendinginkan hati yang sedang panas, dan kontinyuitas shalat setiap waktu dapat mencegah kemunkaran.
4. Sadarilah begitu pentingnya shalat bagi umat muslim, sehingga ibadah shalat menjadi kunci dari segala kunci ibadah. Lihatlah dalam rukun Islam, untuk masuk islam cukuplah membaca syahadat 1 x seumur hidup, zakat ada hitungan nisabnya sehingga kalau belum memenuhi nisabnya tidaklah diwajibkan, puasa masih diperbolehkan tidak dijalani oleh orang sakit atau ibu menyusui walaupun ada aturan penggantinya, ibadah haji tentu diwajibkan bagi yang mampu.
5. Doa adalah media berikutnya yang dapat menenangkan jiwa yang sedang gelisah, komunikasi dengan sang Khalik lewat doa sangat penting sebagai salah satu manifestasi rasa syukur kita atas apa yang telah diberikan. Lewat doa kita dapat mengagungkan nama-NYA, meminta apapun yang kita inginkan selama bukan hal yang mudhorot.
6. Mencoba kembali hal yang telah gagal dengan didampingi Allah SWT, Insya Allah segalanya akan berubah.
7. Sebagai tips dalam menapaki hidup, jagalah hati, perkataan, dan prilaku kita, karena sesungguhnya apa yang kita dapat hari ini 80% adalah merupakan cerminan dari pikiran dan prilaku kita di masa lalu. Kongkritnya janganlah membuat orang susah karena sama dengan mendoakan diri kita mendapati kesusahan yang sama dikemudian hari, hari ini kita memberi maka bersiaplah untuk menerima dikemudian hari. Itulah rahasia alam semesta sebagai ruang tempat kita hidup yang disediakan Sang Maha Pencipta Allah Azza Wazzala.
Demikianlah sedikit sharing berdasarkan sepengetahuan dan pengalaman penulis untuk “Meretas Jalan Menabrak Kebuntuan......” , karena tidak sorangpun yang dapat menolong kita disaat susah dan senang selain Dia Dzat Yang Maha Penolong.. dan Maha dari segala Maha.
Palembang
Medio Pebruari 2011
Mantap Bro
ReplyDelete