Tuesday, December 14, 2010

KOPI ORGANIK WAMENA, MENGAPA TERABAIKAN ??

Wamena adalah Ibukota Kabupaten Jayawijaya di Propinsi Papua, merupakan daerah pegunungan yang sejuk bahkan cenderung dingin dengan ketinggian tempat mencapai 1.650 – 2500 meter dari permukaan laut. Kota Wamena merupakan bagian dari lembah Baliem yang luas dan subur yang dikelilingi pegunungan tinggi di sekitarnya.

Penduduk asli Wamena atau umumnya Kabupaten Jayawijaya sangat gemar berladang untuk bercocok tanam sayuran-sayuran dan bahan makanan pokok setempat yaitu Ipere alias ubi jalar. Hasil berladang umumnya dikonsumsi sendiri dan di jual di pasar Nayak di pusat kota Wamena.

Adalah Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) yang melihat potensi penduduk lokal sebagai peladang yang handal. Sehingga pada awal tahun 1990 –an lembaga ini memperkenalkan cara bercocok tanam kopi bagi peduduk di Distrik (kecamatan) Tiom. Pada awalnya pengembangan kopi ini kurang dapat diterima oleh penduduk lokal, maklum kopi adalah komoditi baru yang baru mereka ketahui. Sesuai dengan ketinggian tempatnya jenis kopi yang dikembangkan adalah jenis Arabika. Ternyata tanaman kopi ini sangat cocok dengan kondisi tempat di daerah Jayawijaya, sehingga dalam waktu relatif singkat tanaman kopi berkembang pesat dengan semakin meluasnya areal tanaman kopi.

Penanaman kopi di Kabupaten Jayawijaya pada umumnya masih dikelola secara tradisional oleh mayarakat setempat, sehingga masih jarang sekali menggunakan bahan-bahan kimia untuk merangsang pertumbuhan maupun meningkatkan produktivitas. Kondisi ini membuat kopi Wamena mempunyai rasa yang khas dan layak disebut sebagai “kopi organik”.

Kopi organik Wamena, mulai dikenal di Papua dan masuk ke Jayapura setelah ada salah satu pengusaha lokal membuka kedai kopi. Kedai ini berkembang pesat hingga  telah membuka beberapa cabang, sekaligus memproduksi kopi wamena dalam kemasan dengan merk dagang sendiri. Seiring dengan semakin tingginya permintaan, maka areal tanaman kopi di Wamena – pun semakin  bertambah. Samapai saat ini tidak kurang dari 10.000 hektar lebih lahan telah ditanami kopi. Bahkan saat ini beberapa pengusaha telah mengekspor kopi organik wamena ke beberapa Negara seperti Singapura, Belanda, dan Australia.

Pertanyaannya, mengapa kopi ini tidak dikenal di dalam Negeri ?, banyak pihak menduga persaingan bisnis telah menenggelamkan nama kopi organik Wamena di pasar dalam negeri.

Sungguh sangat disayangkan kopi dengan rasa sangat khas, produk organik yang hanya mengandalkan kesuburan tanah setempat kurang membumi di negeri sendiri. Kenyataannya sampai saat ini orang hanya mengenal kopi arabika dari Tanatoraja atau Kopi Gayo dari Sumatera.

1 comment:

Bagaimana menurut Anda ?